Memahami Patofisiologi Diabetes Melitus


Mencari tahu informasi mengenai patofisiologi diabetes melitus adalah langkah awal yang bisa ditempuh oleh para penderita diabetes ataupun oleh anggota keluarganya dalam upaya penanganan kondisi ini. Pada umumnya kita mengenal diabetes melitus atau DM dengan nama lainnya yaitu penyakit kencing manis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah, yang bisa disebabkan oleh kurangnya produksi insulin ataupun sensitivitas insulin.

Tipe DM dalam Patofisiologi Diabetes Melitus

Secara umum dalam patofisiologi diabetes melitus, dikenal ada dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Namun, terdapat juga beberapa jenis diabetes lain yang belum terlalu populer di kalangan masyarakat seperti  diabetes gestasional atau diabetes yang hanya terjadi pada masa kehamilan serta diabetes jenis lain. Terdapat juga sebuah golongan dimana mereka yang masuk dalam golongan ini memiliki kadar glukosa yang tidak normal tapi belum masuk dalam kelompok diabetes melitus. Golongan ini sering disebut dengan Toleransi Glukosa Terganggu atau TGT.

Untuk bisa lebih memahami adanya perbedaan tipe DM, maka hendaknya setiap orang memahami terlebih dahulu mengenai insulin. Insulin adalah sebuah zat yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang berada di bagian belakang lambung. Fungsi insulin itu sendiri adalah membantu dalam proses perubahan glukosa yang berasal dari makanan yang dikonsumsi menjadi tenaga. Bila jumlah produksi insulin ini kurang atau bahkan tidak ada, maka kadar glukosa yang ada akan semakin meningkat dan mengakibatkan gangguan kesehatan. Tidak adanya ataupun kurangnya produksi insulin merupakan kondisi yang dialami oleh para penderita DM tipe 1.

Patofisiologi diabetes melitus menjelaskan lebih lanjut mengenai DM tipe 2, yang merupakan tipe yang paling umum ditemukan diantara penderita diabetes di tanah air.  Pada tipe ini, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas sebenarnya sudah lebih dari cukup, namun kemampuan insulin ini dalam mengubah glukosa menjadi tenaga terganggu, sehingga muncullah apa yang disebut dengan nama resistensi insulin. Resistensi insulin ini sendiri bisa terjadi karena berbagai faktor misalnya saja adanya faktor genetik atau keturunan, kelebihan berat bada atau obesitas, diet yang tidak sehat, kurang olahraga ataupun karena kondisi hiperglikemia (kadar glukosa yang melebihi batas normal) yang sudah masuk dalam taraf kronik.

Pada awalnya, para penderita DM mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami diabetes. Namun, ada beberapa keluhan yang perlu diwaspadai misalnya saja penurunan berat badan tanpa ada alasan yang jelas, sering buang air kecil, mengalami gangguan penglihatan, luka yang sulit sembuh, sering merasa lapar dan juga kesemutan. Cara terbaik untuk bisa mendeteksi penyakit ini adalah dengan melakukan pemeriksaan di laboratorium. Bila memang terbukti kadar glukosa yang ada melebihi batas normal, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan patofisiologi diabetes melitus untuk menurunkan kadar glukosa hingga batas normal dan berupaya untuk menjaganya agar tetap berada dalam dalam kategori normal.